File Bisa Langsung di download DISINI
PERCOBAAN IV
PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN
SERTA REAKSI ASAM BASA
I.
TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan praktikum ini
yaitu :
1. Membuat larutan NaOH dan dari larutan H2SO4 serta pengenceran larutan
H2SO4
2. Menghitung konsentrasi larutan dengan
beberapa satuan
3. Menentukan konsentrasi larutan asam dengan
larutan Na2CO3
II. TINJAUAN PUSTAKA
Larutan didefinisikan sebagai zat homogen
yang merupakan campuran dari dua komponen atau lebih, yaitu antara zat terlarut
dan zat pelarut. Senyawa dalam jumlah yang lebih besar disebut solvent (zat
pelarut) dan senyawa yang berada dalam jumlah kecil disebut solute (zat
terlarut). Jumlah zat terlarut dalam
pelarut sangat bervariasi itulah sebabnya perlu mengetahui susunan atau
konsentrasi yang tepat dalam larutan bila harus dilakukan suatu perhitungan
pada reaksi kimia.
Konsenstrasi
larutan dapat dinyatakan dengan beberapa cara antara lain :
1. Molaritas dari solute adalah jumlah mol
solute per liter daei larutan dan biasanya dinyatakan dengan huruf besar M.
2. Molalitas daei solute adalah jumlah mol
solute per 1 kg.
3. Persen berat adalah menyatakan banyaknya
gram zat terlarut dalam 100 gram larutan.
4. Persen volume menyatakan banyaknya ml zat
terlarut dalam 100 ml larutan.
5. Part per million menyatakan banyaknya mg
zat terlarut dalam 1 kg atau 1 liter larutan.
6. Fraksi mol adalah perbandingan dari jumlah
suatu komponen dengan jumlah total mol dalam larutan.
7. Normalitas dari suatu solute adalah jumlah
gram ekuivalen solute per liter larutan.
Untuk mengetahui
perubahan warna dipakai suatu indikator. Indokator adalah zat yang warnanya
berbeda dalam lingkungan yang sifatnya berlainan. Pada titrasi ini digunakan indikator
asam basa. Indikator asam basa adalah senyawa organik golongan pewarna yang
mampu memberikan perubahan warna apabila pH dari suatu larutan
berubah. Ada beberapa indikator asam basa diantaranya adalah :
- Kertas lakmus.
- Larutan metil orange.
- Phenophtalein.
Larutan adalah
campuran homogen antara dua atau lebih senyawa yang terdispensi sebagai
molekul, atom atau ion dengan komposisi yang bervariasi atau biasa dikatakan campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut.
Larutan dapat dibedakan
menjadi :
-
Larutan
encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil zat terlarut relatif
terhadap jumlah zat pelarut.
-
Larutan
pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar jumlah zat terlarut.
-
Larutan
lewat jenuh adalah larutan yang tidak dapat melarutkan zat terlarut atau sudah
terjadi pengendapan.
-
Larutan
belum jenuh adalah larutan yang masih bisa untuk melarutkan zat terlarut atau
belum terjadi atau terbentuk endapan.
-
Larutan
tepat jenuh adalah larutan yang menimbulkan endapan.
Yang menyatakan
banyaknya zat terlarut dan pelarut dikenal istilah konsentrasi. Konsentrasi
larutan dinyatakan dengan beberapa cara seperti persen berat (W/W), persen volume
(V/V), persen lab, molalitas, molaritas, normalitas, ppm, ppb, fraksimol dan lain-lain. (Keenan, 1986).
Titrasi asam basa
adalah titrasi yang melibatkan reaksi netralisasi dimana asam bereaksi dengan
sejumlah ekivalen basa. Kurva titrasi dibuat dengan memplot pH larutan sebagai
fungsi dari volume titran yang ditambahkan. Titran selalu merupakan asam atau
basa kuat, sedangkan analit bisa berubah basa atau asam kuat ataupun basa atau
asam lemah (Djauhari, 1990).
Indikator adalah
suatu asam atau basa, maka jumlah yang harus ditambahkan hendaknya sesedikit
mungkin, sedemikian rupa sehingga tidak mempengaruhi pH dan titran yang
menyebabkan terjadinya perubahan sedikit. Dengan demikian indikator biasanya
dibuat dengan konsentrasi beberapa persen saja dan ditambahkan sekitar 2-3
tetes ke dalam larutan yang titrasi. (Djauhari, 1990).
Campuran asam basa
dapat dititrasi secara bertahap bila ada perbedaan yang mencolok. Di sini harus
ada perbedaan Ka sedikitnya 104. Bila campuran dua asam kuat
dititrasi bersamaan, maka tidak akan ada perbedaan dengan titrasi asam kuat
tunggal, sehingga hanya satu titik ekivalen. Hal yang sama juga terjadi untuk
campuran asam lemah jika harga kedua Ka – nya tidak jauh berbeda. (Schaum,
1998).
Titrasi dalam
pelarut bukan air asam dan basa dengan tetapan ionisasi kurang dari 10-7
dan 10-8 terlalu lemah untuk dititrasi secara akurat dalam larutan
berair. Pelarut inert atau aprotik dan pelarut amfiprotik. Dengan pelarut
amfiprotik, asam atau basa akan disesuaikan dengan kekuatan kation atau anion,
dimana asam dan basa tersebut akan mengalami ionisasi sempurna. (Schaum, 1998).
Dari tiga jenis
wujud zat seharusnya terbentuk sembilam macam larutan, tetapi zat berwujud
padat dan cair tidak dapat membentuk larutan dalam pelarut berwujud gas. Partikel
yang berwujud padat dan cair dalam zat lain yang berwujud gas akan membentuk
campuran heterogen. Sifat larutan sedikit menyimpang dari sifat pelarut karena
adanya zat terlarut, penyimpangan semakin besar dan jika komposisi zat terlarut
ditambah. Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif disebut
konsentrasi. (Syukri, 1999)
III. ALAT DAN BAHAN
- Alat
Alat-alat yang dipergunakan pada
percobaan ini adalah Erlenmeyer, buret, gelas piala, labu takar, pipet tetes,
pipet Mohr, pipet gondok dan thermometer.
- Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan pada percobaan ini adalah H2SO4, NaOH, Na2CO3, indikator metil orange, PP dan metil merah.
IV. PROSEDUR KERJA
A. Pembuatan Larutan H2SO4
-
Menimbang
labu takar 50 ml kosong (a gram), dan mengisi labu takar 50
ml dengan aquades sampai kira-kira ¾ nya, dan menimbang (b gram, kemudian ukur suhunya (t1)).
-
Menimbang
gelas ukur kosong (c gram), mengisi 1 ml H2SO4 pekat ke dalam gelas ukur, dan menimbangnya (d
gram) dan mengukur volumenya, serta mengukur suhu dengan termometer (t2).
-
Menuangkan
H2SO4 pekat dengan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam labu takar, menepatkan
labu takar dengan aquades sampai 50 ml, lalu mengocoknya agar homogen, menimbang larutan H2SO4 yang terjadi (e gram), mengukur suhu dengan termometer (t3).
-
Menentukan
sifat pelarutan asam sulfat dan konsentrasinya dalam satuan % (w/w), % (v/v),
molalitas, molaritas, ppm, dan fraksi mol.
B. Pembuatan Larutan NaOH
-
Menimbang
2 butir (kurang lebih 0,3 gram) NaOH dan melarutkan dalam gelas
piala dengan sedikit air yang baru dihangatkan.
-
Merasakan
larutan apakah terasa lebih panas, tetap atau lebih dingin dari sebelumnya.
-
Memindahkan
larutan tersebut kedalam labu takar 50 ml. Membilas gelas piala
dengan aquades.
-
Mengencerkan
dan menepatkan sampai tanda tera, kocok supaya homogen.
-
Menentukan
konsentrasi NaOH yang dibuat dalam molaritas dan % (w/v).
C. Pengenceran Larutan H2SO4
-
Memipet
5 ml larutan H2SO4 yang telah dibuat pada prosedur A,
memasukkannya ke dalam labu takar 50 ml.
- Mengencerkan dan menepatkan sampai tanda
tera, serta mengocok supaya homogen.
- Menentukan konsentrasi H2SO4 hasil pengenceran.
D. Titrasi Asam terhadap Basa (0,1 N HCl
terhadap 0,1 N NaOH)
-
Mengambil
20 ml larutan NaOH, memasukkan ke dalam erlenmeyer.
-
Menambahkan
2-3 tetes indikator merah metil.
-
Mengisi
buret dengan larutan HCL 0,1 N dan mencatat pembacaan awal pada buret.
-
Mentitrasi
larutan NaOH dengan larutan HCL dan mencatat pembacaan volume akhir, melihat
titik akhir bila indikator berubah dari warna kuning menjadi merah muda. Mengulangi titrasi sampai 2 kali. Kemudian
merata-ratakan hasil yang diperoleh.
-
Menghitung
konsentrasi larutan NaOH.
E. Titrasi Basa terhadap Asam (0,1 N NaOH
terhadap 0,1 N HCL)
-
Mengambil
20 ml larutan HCL 0,1 N kedalam erlenmeyer, dan menambahkan
2-3 tetes indikator merah metil.
-
Mentitrasi
larutan ini dengan larutan NaOH (larutan NaOH berada dalam buret). Mencatat
pembacaan awal buret dan pembacaan akhir buret. Mengulangi 2 kali, merata-ratakan
hasilnya. Menghitung konsentrasi NaOH.
-
Membandingkan
hasilnya dengan percobaan pertama.
F. Penentuan konsentrasi larutan standar dengan
larutan Na2CO3
-
Mengambil
15 ml larutan H2SO4 encer yang telah dibuat, memasukkan
ke dalam labu erlenmeyer.
-
Menambahkan
2-3 tetes indikator metil orange dan mentitrasi larutan ini dengan
standar Na2CO3 0,1 M sampai terjadi perubahan warna. Melakukan
2 kali.
-
Menghitung
Molaritas H2SO4 tersebut hingga 4 (empat) desimal.
-
Mengulangi
titrasi dengan menggunakan indikator phenophtalen.
V. HASIL
PENGAMATAN
4.1. Data hasil Pengamatan
A. Pembuatan
Larutan H2SO4
No.
|
Langkah Kerja
|
Hasil Pengamatan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
|
Menimbang labu takar 50 mL
Mengisi labu takar dengan akuades hingga ¾ penuh
dan ditimbang.
Mengukur suhu awal.
Menimbang gelas ukur kosong
Menambahkan 1 mL H2SO4 pekat
lalu mengocok hingga homogen.
Mengukur suhu akhir.
Mengiisi hingga batas tera dengan akuades.
Menimbang massa labu takar dengan larutan H2SO4.
|
Massa = 45,55 gr.
Massa = 63,28 gr.
Massa = 36,00 gr
Massa = 37,62 gr
Massa = 95,94 gr.
|
B. Pembuatan Larutan
NaOH
No.
|
Langkah Kerja
|
Hasil Pengamatan
|
1.
2.
3.
|
Menimbang kristal NaOH
Melarutkan dengan akuades hangat, dan merasakan
larutannya.
Memasukkan ke dalam labu takar 50 mL, dan menambahkan
akuades hingga batas tera,serta mengocoknya sampai homogen.
|
Massa = 0,31 gr
Larutan menjadi lebih hangat
|
C. Pengenceran Larutan H2SO4
0,36 M
No.
|
Langkah Kerja
|
Hasil Pengamatan
|
1.
2.
3.
|
Memasukkan 5 mL
H2SO4 hasil percobaan A ke dalam labu takar 50 mL.
Menambahkan akuades hingga batas tera.
Mengocok hingga homogen.
|
V H2SO4 = 5 mL
V pengenceran =
50 mL
|
D. Menitrasi Asam terhadap Basa (0,1 N HCl terhadap 0,1 N NaOH)
No.
|
Langkah Kerja
|
Hasil Pengamatan
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Memasukkan NaOH hasil percobaan B sebanyak 20 mL ke dalam erlemeyer
dan menambahkan 3 tetes indikator
pp.
Memasukkan HCl 0,1 N ke dalam buret dan membaca pembacaan volume
awal.
Mentitrasi NaOH.
Membaca volume akhir.
Menghitung volume titrasi.
|
Warna awal ungu
V1 = a ml
HCl
Warna larutan menjadi bening
V2 = b ml
DV = V2 – V1
=
b – a
= 21,5 ml
|
E. Menitrasi
Basa terhadap Asam ( 0,1 N NaOH terhadap 0,1 N
HCl )
No.
|
Langkah Kerja
|
Hasil Pengamatan
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Memasukkan 10 mL HCl ke dalam 100 mL dan menambahkan
3 tetes metil merah.
Mengisi buret dengan NaOH 0,1 N dan mencatat
pembacaan volume awal.
Mentitrasi larutan HCl dengan larutan NaOH.
Mencatat pembacaan volume akhir
Menghitung volume titrasi dengan
merata-ratakannya.
|
Warna awal pink
V1 = 3,4 ml
Warna larutan menjadi kuning.
V2 = 10,7 ml
DV = V2 – V1
= 10,7 – 3,4
= 7,3 ml
|
F.
Penentuan Konsentrasi Larutan Standar dengan Larutan Na2CO3
No.
|
Langkah Kerja
|
Hasil Pengamatan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Memasukkan 15 mL H2SO4 hasil percobaan C ke dalam
erlemeyer 50 ml.
Menambahkan 3
tetes metil
orange.
Memasukkan Na2CO3
ke dalam buret dan membaca volume awal.
Mentitrasi
larutan Na2CO3
Mencatat
pembacaan volume akhir
Menghitung
volume titrasi.
|
Berwarna bening
Warna larutan merah muda
V1 = 10
ml
Warna larutan menjadi jingga.
V2 = 16,8 ml
DV = V2 – V1
= 16,8 – 10
= 6,8 ml
|
4.2. Perhitungan
A. Perhitungan Molaritas Larutan H2SO4
Diketahui : M1 =
18M
V1
= 1 ml
V2
= 50 ml
Ditanya : M2 =
...?
Jawab :
M1
. V1 = M2 . V2
18
. 1 = M2 . 50
M2
=
=
0,36 M
B. Perhitungan Pembuatan
Larutan NaOH
Diketahui : m NaOH : 0,4 gr
V
larutan NaOH : 50 ml = 0,05 l
BM : 40 gr/mol
Ditanya : a. M NaOH …………. ?
b.
% w/v ……………. ?
Jawab :
m NaOH
n NaOH =
BM
NaOH
0,31
=
40 gr/mol
= 0,00775 mol
mol NaOH
[
NaOH ] =
V larutan NaOH
=
= 0, 155 M
% w/v = . 100 %
= . 100 %
= 6,2 %
C. Pengenceran Larutan H2SO4 0,36 M
Diketahui : V H2SO4 mula-mula = 5 ml
M
H2SO4 mula-mula = 0,36 M
V setelah pengenceran = 50
ml
Ditanya : M HCl
Jawab : V Pengenceran . M Pengenceran = V
awal . M awal
50
. M pengenceran = 5 . 0,36
M pengenceran = 0,036 M
D. Titrasi Asam Terhadap Basa (0,1 N HCL
terhadap 0,1 NaOH)
Diketahui : V1 = 2
ml
V2 = 3 ml
Ditanya :
Vr = ....?
Jawab :
Vr =
=
2,5 ml
E. Titrasi Basa Terhadap Asam (0,1 N NaOH terhadap 0,1 HCl)
Diketahui : V1 = 10,7 ml
V2 = 3,4 ml
Ditanya :
Vr = ....?
Jawab :
Vr =
=
7,05 ml
F. Penentuan Konsentrasi
Larutan Standar dengan Larutan Na2CO3
Diketahui : M2 = 0,1 M
Vawal = 10 ml
V
titrasi = 16,8 ml
Ditanya : M1 …… ?
Jawab : M1 . Vawal = M2 . Vtitrasi
M1 . 10 = 0,1 . 16,8
M1 = 0,168 M
VI. PEMBAHASAN
A.
Pembuatan Larutan H2SO4
Mula-mula labu takar 50 ml kosong
ditimbang dan didapatkan massanya sebesar 45,55 gr. Kemudian diisi
dengan akuades ¾ penuh dan menghasilkan massa sebesar 63,28 gr. Setelah dimasukkan 1 ml H2SO4 pekat (18 M).
Setelah itu larutan H2SO4 ditambahkan akuades hingga batas tera (volume
larutan 50 ml). Kemudian ditimbang dan didapatkan
massanya sebesar 95,94 gr. Molaritas (M) sebesar 0,36 mol/liter.
H2SO4 merupakan asam kuat, cairannya tidak berwarna dan
dapat bercampur dalam semua perbandingan. Pembuatan larutan H2SO4 merupakan penggunaan dari prinsip pengenceran
larutan. Reaksi yang terjadi :
H2SO4 (pekat) + H2O(l) H2O(l) + H2SO4 (encer)
B.
Pembuatan Larutan NaOH
NaOH atau Natrium Hidroksida
merupakan salah satu basa kuat yang terdisosiasi sempurna dalam air. Garam-garamnya akan membentuk larutan bening dan tidak berwarna, kecuali
jika anionnya berwarna. NaOH merupakan padatan yang bila disentuh oleh tangan
akan terasa licin.
Percobaan pembuatan NaOH, 0,31 gram NaOH dilarutkan dalam sedikit akuades yang dihangatkan. Tujuan
penggunaan akuades hangat adalah untuk mencegah terbentuknya CO3-2.
Apabila CO3-2 terbentuk akan menyebabkan berkurangnya
kebebasan atau kemolaran kebasaan NaOH, sesuai dengan sifat CO3-2
yang bersifat asam sehingga dapat mengurangi kebasaan zat atau larutan. Setelah
dilarutkan, NaOH dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL dan ditambahkan akuades
hingga batas tera (volume larutan menjadi 50 mL) kemudian dikocok hingga
homogen (antara zat terlarut dan pelarut tidak dapat dibedakan lagi). Dari
massa dan volume NaOH didapatkan beberapa satuan konsentrasi antara lain % w/v
sebesar 6,2 % dan kemolaran NaOH sebesar 0,155 M.
Reaksi yang terjadi:
NaOH(kristal) + H2O(l) NaOH (encer) + H2O (l)
C.
Pengenceran Larutan H2SO4 0,36 M
Pada percobaan pengenceran larutan H2SO4, pengenceran dilakukan dengan cara
mencampurkan 5 ml H2SO4 percobaan A (0,36 M ) dengan 45 ml akuades. Sehingga,
volume larutan menjadi 50 mL. Kemudian larutan dikocok agar homogen. Pada saat
larutan sudah homogen warna larutan hasil pengenceranm sebesar 0,036 M. Pada pengenceran volume larutan mengalami perubahan [bertambah], namun
mol zat terlarut tetap sehingga berlaku mol mula-mula = mol setelah pengenceran.
Reaksi yang terjadi :
H2SO4 (pekat) + H2O(l) H2O(l) + H2SO4 (encer)
D.
Menitrasi Asam Terhadap Basa
Mula-mula 20 ml larutan NaOH
ditambahkan 3 tetes PP. Dari titrasi didapatkan volume sebesar 21,5 ml HCl 0,1 N.
E.
Menitrasi Basa Terhadap Asam
Pada percobaan titrasi basa terhadap asam,
10,7 ml. HCl dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N. Dan sesuai perhitungan Volume
titrasi sebesar 7,05 ml. Reaksinya :
NaOH (aq)+ HCl (aql) NaCl (aq) + H2O
(l)
F.
Penentuan Konsentrasi Larutan Standar dengan Larutan Na2CO3
Mula-mula 15 ml larutan H2SO4 ditetesi methyl orange, sehingga warna
larutan menjadi merah muda Setelah dititrasi warna larutan menjadi jingga. Dan molaritas H2SO4 sebesar 0,168 M. Reaksi yang
terjadi :
H2SO4 (aq)+ Na2CO3 (aql) Na2SO4(aq) + H2CO3
(aq)
VI.
KESIMPULAN
1. Untuk
membuat larutan H2SO4 0,36 M dilakukan dengan mencampurkan H2SO4 pekat (
18 M ) dengan sejumlah akuades. Begitu juga dengan pembuatan larutan NaOH 0,155 M diperlukan 0,31 gr NaOH dengan sejumlah akuades.
2. Konsentrasi
H2SO4 yang diperoleh dari pembuatan larutan H2SO4 adalah 0,036
M .
3. Pada percobaan pengenceran larutan H2SO4 ; V mula-mula sebesar 5 ml ; M mula-mula sebesar 0,36 M ; V pengenceran sebesar 50 ml ; M pengenceran sebesar 0,036 M.
4. Titrasi
HCl terhadap NaOH, didapatkan volume titrasi sebesar 21,5 ml, M NaOH sebesar 0,1 M dengan trayek perubahan dari ungu menjadi tak berwarna(bening).
5. Titrasi
NaOH terhadap HCl, didapatkan volume titrasi sebesar 7,05 ml.
6. Pada percobaan penentuan
konsentrasi larutan standar dengan larutan Na2CO3
didapatkan volume titrasi sebesar 16,8 ml, M H2SO4 sebesar 0,168 M dengan trayek
perubahan warna merah muda – jingga.
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J. dkk.
1994. Buku Ajar Vogel :
Kimia Analisis Kuantitatif. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Day, R.A.
dan Underwood. 1998. Kimia
Analisa Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.
Dicky, D.P. 2012. Pengenalan alat-alat Laboratorium. dsikreatif.blogspot.com
Dicky, D.P. 2012. Pengenalan alat-alat Laboratorium. dsikreatif.blogspot.com
Keenan,
Charles W. dkk. 1991. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Erlangga. Jakarta.
Oxtoby,
David W. dkk. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern jilid I. Erlangga
Jakarta.
Staf
Pengajar Kimia Dasar. 2004. Penuntun Praktikum Kimia Dasar I. Sub
Laboratorium Kimia Laboratorium Dasar FMIPA UNLAM. Banjarbaru.
Sukmariah,
m. dan Kamianti. 1990. Kimia Kedokteran I. Bina rupa Aksara Jakarta.
Dimohon kepada semuanya yang mengambil data di blog saya diharap mencantumkan nama blog pada daftar pustaka,... Hargai hasil orang lain jangan asal copas,... karena blog ini mempunyai hak cipta,...
Dimohon kepada semuanya yang mengambil data di blog saya diharap mencantumkan nama blog pada daftar pustaka,... Hargai hasil orang lain jangan asal copas,... karena blog ini mempunyai hak cipta,...
LAMPIRAN
Lembar Tugas
1.
Apa yang di
maksud dengan larutan standar primer dan larutan standar skunder ?
2.
Syarat apa
yang harus di penuhi oleh suatu zat agar dapat di pergunakan sebagai larutan
standar primer?
3.
Berikan sifat
fisik dan kimia dari senyawa NaOH dan H2SO4.
Jawaban
1. Suatu larutan standar dapat dibuat dari sejumlah
contoh yang diinginkan yang ditimbang secara teliti, kemudian larutkan ke dalam
volume larutan secara teliti diukur volumenya. Beberapa zat tadi yang memadai
dalam hal ini disebut Standar Primer.
2. Suatu standar primer harus mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
1.
Zat itu harus
mudah didapat dalam bentuk murni atau dalam keadaan kemurnian yang diketahui
dengan tepat. Umumnya zat pengotor tidak harus melebihi 0,01 – 0,02 % dan harus
diuji ketidakmurniannya dengan uji-uji yang diketahui kepekaannya.
2.
Zat itu harus
tetap, mudah dikeringkan dan tidak higroskopik. Tidak berkurang beratnya
sewaktu terkena udara. Garam-garam anhidrat biasanya tidak digunakan sebagai
standar primer.
3.
Zat itu mempunyai
berat ekuivalen yang cukup tinggi agar dapat mengurangi konsekuensinya akibat kesalahan dalam penimbangan.
File Bisa Langsung di download DISINI
0 komentar:
Posting Komentar