File Bisa Langsung Di Download DISINI
PERCOBAAN V
TITRASI ASAM BASA
I.
TUJUAN PERCOBAAN
Adapun tujuan dari percobaan kali ini
adalah untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau basa dengan titrasi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Zat yang akan
ditentukan kadarnya sendiri disebut dengan titrasi (titran) dan
biasanyadiletakan di dalam tabung elenmeyer seangkan zat yang telah diketahui
senidri konsentrasinya disebut sebagai (titer) dan biasanya diletakkan didalam
buret baik titer ataupun titran biasanya didalam bentuk larutan.Suatu penerapan
stoikiometri dilaboratorium adalah analisa untuk unsur-unsur guna menentukan
komposisinya penguraian yang dilakukan atau yang digunakan berdasarkan
volumetrinya dan pengukuran yang dilakukan dinamakan volumetri atau
titrasi.Dalam percobaan ini teknik analitis volumetri ditetapkan pada analisis
contoh yang mengandung asam.Titrasi asam basa melibatkan asam dan basa
sebagai titer ataupun titran.Titrasi asam basa berdasarkan reaksi
penetralan kadar larutan asam ditentukan dengan menggunkan kelarutan bebas
sebagian,begitu juga sebaliknya.(Keenam.Kimia Universitas.1982 : 162).
Reaksi yang berlangsung
sempurna apabila asam keras dinetralisasikan dengan basa keras setelah jumlah
ekuivalen bisa ditambahkan. Hidrolisis dari garam yang terbentuk tidak terjadi
atau sedikit, sehingga titik akhir reaksi atau titrasi terjadi pada pH = 7.
Untuk titrasi asam kuat dan basa kuat perubahan pH mendadak titik kesetaraan
mencakup suatu jangka yang luas. Indikator apa saja yang merubah warna dalam batas ini akan menyatakan kapan
titik kesetaraan itu tercapai. Seperti ditunjukkan baik merah metal atau phenophtalein akan sama memadai (Keenan, 1989).
Pengukuran atau perhitungan
dalam titrasi volumetrik berdasarkan pada pengukuran volume, sehingga dalam
analisa titrasi volume konsentrasi kebanyakan dinyatakan dalam molaritas atau
normalitas. Normalitas (kemolalan) adalah zat yang terlarut dalam setiap mili
larutan (Anshori, 1997).
Titrasi
sering disebut dengan titrasi volumetrik, karena diketahui volume titrannya. Volumetrik terbagi menjadi beberapa
kelompok, antara lain asidimetri dan alkalimetri. Cara titrasi ini berdasarkan
pada reaksi asam dan basa (Asikin, 1982).
Titrasi dapat
mengetahui nilai dari suatu larutan yang belum kita ketahui molaritasnya, yaitu
melalui perhitungan dari hasil titrasi yang telah terjadi. Selain itu juga dapat diketahui bahan-bahan apa saja yang dititrasi,
yaitu berat dari asam asetat dan persentase berat. Peristiwa
titrasi asam basa terjadi karena tercampurnya suatu senyawa kimia yang bersifat
asam ke dalam senyawa kimia lainnya yang bersifat basa atau sebaliknya,
sehingga terjadi reaksi kimia dari kedua senyawa tersebut yang dapat kita amati
melalui terjadinya perubahan warna dari kedua larutan senyawa yang telah
dicampurkan (Gunawan, 1998).
Dalam percobaan ini sumber ion H-
adalah Larutan NaOH encer dan ion H+ adalah larutan asam,mula-mula
disiapkan NaOH 0,1 M kemudian distandarisasikan dengan larutan asam yang lain
yang telah diketahui konsentrasinya,Larutan NaOH tidak tersedia dalam keadaan
murni dan larutannya dapat berubah konsentrasinya.NaOH Haruslah
distandarisasikan sebelum digunakan untuk mentitrasi sampel.Pada sumber ion H
adalah larutan NaOH kebanyakan pada titrasi asam basa.Perubahan larutan pada
titik equivalen tidak jelas.Oelh karena itu untuk menentukan titik akhir
titrasi digunakan indikator karena zat ini memperlihatkan perubahan warna pada
pH tertentu secara ideal.titik titrasi seharusnya seharusnya sama dengan titik
titrasi seharusnya sama dengan titik akhir titrasi (titik equivalen).
Penepatan
analisa tetrimetrik adalah penetapan kuantitatif yang dilakukan dengan mengukur
jumlah zat yang diperlukan dengan analit. Zat yang bereaksi dengan dinamakan
titran. Analisis tetrimetrik disebut juga analisis volumetrik, karena jumlah
titrannya biasanya dihitung dari ukuran volume larutan titran (Arifin, 1996).
Pada Analisa Volumetri contoh yang akan di analisis
ditempatkan pada elenmeyer. Contoh sebuah larutan padat terlebih dahulu
dilarutkan,sejumlah larutan direaksikan
dengan larutan penetrasi yang telah diketahui secara tepat
dinamakan larutan standar dan proses pengukuran konsentrasi larutan ini
dinamakan standarisasi.
(Ralph H,Petrucci.Kimia Dasar Jilid II.2008 : 150-151)
III. ALAT DAN BAHAN
- Alat
Alat-alat yang digunakan dalam
percobaan ini adalah erlenmeyer, buret, gelas piala, labu takar, pipet tetes, pipet gondok dan termometer.
- Bahan
Bahan-bahan yang digunakan meliputi HCl, NaOH, Indikator PP dan akuades.
IV. PROSEDUR KERJA
1.Mengambil 25 ml larutan Na2CO3dan memasukkan ke dalam labuerlenmeyer.
2.
Menambahkan 2- 3 tetesindikator PPke dalam labu erlenmeyer.
3. Menitrasi larutaninidenganHCl
0,1 M sampaiterjadiperubahanwarna.
4.
Melakukan percobaan ini 2 kali lagi
5. Menghitung molaritas HCl hingga 4 (empat)
desimal.
A. Titrasi Asam terhadap Basa (0,1 N HCl terhadap 0,1 N NaOH)
1.
Memasukkan 25
ml larutan NaOH ke dalam labu erlenmeyer
2.
Menambahkan 2-3 tetes indikator PPke dalam labu erlenmeyer
3.
Mengisi buretdengan HCl 0,1 N
4.
Mencatat pembacaan awal pada buret
5.
Larutan tersebut dititrasi
6.
Mencatat pembacaanvolume akhir dicatat
7.
Memperlihatkan
titik akhir bila larutan
berubah warna
8.
Mengulangi titrasi
sampai 2 kali
9.
Merata-ratakan
hasilnya
10. Menghitung konsentrasilarutanNaOH
B. Titrasi Basa terhadap Asam (0,1 N NaOH terhadap
0,1 N HCl)
1.
Mengambil 25
mllarutan 0,1
N HCldanmemasukkankedalamerlenmeyer
2.
Menambahkan 2-3 tetes indikator PP ke dalam labu erlenmeyer
3.
Mentitrasi larutan HCl dengan NaOH dan mencatat pembacaan volume awal dan akhir
4.
Memperlihatkan
titik akhir bila warna larutan berubah
5.
Mengulangi titrasi sampai 2 kali
6.
Merata-ratakan
hasil titrasi
V.
HASIL PENGAMATAN
1. Hasil pengamatan dan langkah percobaan
a. Standarisasi larutan HCl dengan Na2CO3 0,1 M
No.
|
Langkah Percobaan
|
Hasil Pengamatan
|
1.
|
Larutan standar Na2CO3
0,1M dimasukkan pada erlenmeyer dan ditetesi indikator PP
|
V larutan Na2CO3 = 10 ml (berwarna
bening)
3 tetes indikator PP warna bening menjadi warna Ungu
|
2.
|
Larutan tersebut kemudian dititrasi dengan larutan HCl 0,1M
|
Warna ungu
menjadi warna bening
|
3.
|
Larutan Na2CO3 dimasukkan
dalam erlenmeyer dan ditetesi indikator PP
|
V larutan Na2CO3 = 10 ml (berwarna
bening)
3 tetes indikator PP warna bening menjadi warna merah
|
4.
|
Larutan tersebut kemudian dititrasi dengan larutan HCl 0,1M
|
Warna merah
menjadi warna bening
|
5.
|
Data pembacaan
volume pada buret
|
Titrasi dilakukan
2 kali
·
Titrasi I
V1 = 44 ml
V2 = 50 ml
Vtitrasi = V2 – V1
= 50 – 44
= 6 ml
·
Titrasi II
V1 = 27 ml
V2 = 36 ml
Vtitrasi = V2 – V1
= 36 – 27
= 9 ml
|
6.
|
Vrata-rata
dari Titrasi I dan II
|
Vrata-rata
= Vtitrasi I + Vtitrasi II
2
= 6
+ 8
2
= 15
2
= 7,5 ml
|
b. Titrasi
asam terhadap basa (0,1 N HCl terhadap 0,1 N NaOH)
No.
|
Langkah Percobaan
|
Hasil Pengamatan
|
|
1.
|
Larutan NaOH dimasukkan pada erlenmeyer dan ditetesi indikator PP
|
V larutan NaOH = 10 ml
3 tetes indikator PP
Warna Ungu
|
|
2.
|
Larutan tersebut kemudian dititrasi dengan
larutan HCl
|
Warna bening
|
|
3.
|
Larutan NaOH dimasukkan dalam
erlenmeyer dan ditetesi indikator PP
|
V larutan Na2CO3 = 10 ml (berwarna
bening)
2 tetes
indikator PP warna bening menjadi warna ungu
|
|
4.
|
Larutan tersebut kemudian dititrasi dengan larutan HCl 0,1N
|
Warna ungu
menjadi warna bening
|
|
5.
|
Data pembacaan
volume pada buret
|
Titrasi
dilakukan 2 kali
·
Titrasi I
V1 = 27 ml
V2 = 38 ml
Vtitrasi = V2 – V1
= 38 – 27
= 11 ml
·
Titrasi II
V1 = 38 ml
V2 = 48,5 ml
Vtitrasi = V2 – V1
= 48,5 – 38
= 10,5 ml
|
|
6.
|
Vrata-rata
dari Titrasi I dan II
|
Vrata-rata
= Vtitrasi I + Vtitrasi II
2
= 11 + 10,5
2
= 21,5
2
= 10,75 ml
|
c. Titrasi
basa terhadap asam (0,1 N NaOH terhadap 0,1 N HCl)
No.
|
Langkah Percobaan
|
Hasil Pengamatan
|
1.
|
Larutan HCl 0,1 N dimasukkan pada erlenmeyer dan ditetesi indikator PP
|
V larutan HCl = 10 ml
3 tetes indikator PP
Bening / tidak terjadi perubahan berwarna
|
2.
|
Larutan tersebut kemudian dititrasi dengan
larutan NaOH
|
Warna merah muda
|
3.
|
Larutan HCl dimasukkan dalam
erlenmeyer dan ditetesi indikator PP
|
V larutan HCl = 10 ml (berwarna
bening)
3 tetes indikator PP tidak terjadi perubahan warna
|
4.
|
Larutan tersebut kemudian dititrasi dengan larutan NaOH
|
Warna bening
menjadi warna merah muda
|
5.
|
Data pembacaan
volume pada buret
|
Titrasi
dilakukan 2 kali
·
Titrasi I
V1 = 39 ml
V2 = 48,5 ml
Vtitrasi = V2 – V1
= 48,5 – 39
= 9,5 ml
·
Titrasi II
V1 = 32 ml
V2 = 42 ml
Vtitrasi = V2 – V1
= 42 – 32
= 10 ml
|
6.
|
Vrata-rata
dari Titrasi I dan II
|
Vrata-rata
= Vtitrasi I + Vtitrasi II
2
= 9,5
+ 10
2
=
19,5
2
= 9,75 ml
|
7.
|
Perbandingan
dengan percobaan B
|
Adanya perbedaan
warna :
Setelah
dititrasi dengan NaOH dari warna bening menjadi merah muda.
Sedangkan,
Setelah
dititrasi dengan HCl dari warna ungu menjadi warna bening.
Volume titrasi
antara percobaan B
(volume 10,75
ml) dan percobaan C (volume 9,75 ml), Jadi selisih 1 angka.
|
2. Perhitungan
a.
Standarisasi larutan HCl dengan
Na2CO3
Diketahui :
V Na2CO3 = 10 ml ( V1
)
N
Na2CO3 = 0,1 M ( M1
)
V rata-rata HCl =
7,5 ml ( V2 )
Ditanya : M HCl ( M2
)……….?
Jawab :
V1
. M1 = V2 . M2
10 . 0,1 = 7,5 . M2
M2 = 10 . 0,1
7,5
M2 =
1
7,5
M2 = 0,1333 M
Jadi, konsentrasi HCl adalah 0,1333 M.
b.
Titrasi Asam Terhadap Basa (0,1 N HCl terhadap 0,1 N NaOH)
Diketahui :
VNaOH =
10 ml ( V1 )
MHCl = 0,1333 M ( M1 )
Vrata-rata HCl = 10,75 ml ( M2
)
Ditanya : M NaOH ( M2 )……?
Jawab :
V1 . M1 = V2
. M2
0,1333 . 10,75 = 10 ml . M2
M2 = 0,1333 . 10,75
10
M1 = 0,1432 M
Jadi, konsentrasi NaOH adalah 0,1432 M.
c.
Titrasi Basa Terhadap Asam (0,1 N NaOH
terhadap 0,1 N HCl)
Diketahui :
VHCl = 10 ml ( V1 )
MHCl = 0,1333 M ( M1 )
Vrata-rata NaOH = 9,75 ml ( V2 )
Ditanya : M NaOH ( M2 )……?
Jawab :
V1 . M1 = V2
. M2
0,1333 . 9,75 = 12,25 . M2
M2 = 0,1333 . 9,75
10
M2 = 0,1299 M
Jadi,
konsentrasi NaOH adalah 0,1299 M.
IV.
PEMBAHASAN
Titrasi
adalah penambahan volume suatu larutan yang mengandung zat A yang
konsentrasinya diketahui dengan larutan kedua yang mengandung zat B
(konsentrasinya tidak diketahui) secara cermat dan yang akan mengakibatkan
reaksi pada titik akhir, ditandai dengan semacam perubahan sifat fisik,
misalnya warna campuran yang bereaksi. Titik akhir dapat dideteksi saat
campuran reaksi mengalami perubahan warna setelah ditambahkan indikator dan
dititrasi. Pada titik akhir, jumlah zat kimia A yang telah ditambahkan secara
unik berkaitan dengan bahan kimia B yang tidak diketahui yang semula ada,
berdasarkan persamaan reaksi titrasi. Titrasi memungkinkan untuk menentukan
jumlah zat yang ada dalam sample. Reaksi-reaksi yang digunakan dalam titrasi
adalah reaksi yang berlangsung sempurna habis pada satu arah tertentu,
stoikiometrik, kuantitatif, cepat dan diketahui cara atau peralatan yang tepat
menetapkan titik akhir titrasi atau titik ekuivalen. Reaksi-reaksi tersebut
berupa reaksi yang menghasilkan senyawa yang sangat sedikit terionisasinya.
A. Standarisasi larutan HCI dengan Na2CO3
0,1 M
Larutan
standar adalah larutan yang diketahui dengan pasti kadar kemolarannya yang juga
berguna untuk mencari konsentrasi larutan dengan mengetahui molaritas dan
rata-rata larutan yang dititrasi beberapa kali. Diketahui V Na2CO3
=10 ml dan N Na2CO3 = 0,1 M dengan V rata-rata HCl = 7,5
ml dan ditanya M HCl maka di dapatkan konsentrasi HCl adalah 0,1333 M.
B. Titrasi asam terhadap basa (0,1 N
HCl terhadap 0,1 N NaOH)
Diketahui
V NaOH = 10 ml dan M HCl = 0,1333 M dengan Vrata-rata HCl = 10,75 ml
ditanya M NaOH maka didapatkan konsentrasi NaOH adalah 0,1432 M.
C.Titrasi basa terhadap asam (0,1 N
NaOH terhadap 0,1 N HCl)
Diketahui
V HCl = 10 ml dan M HCl = 0,1333 M dengan Vrata-rata NaOH = 9,75 ml
maka di dapatkan konsentrasi NaOH adalah 0,1299 M.
V.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum kali ini adalah
sebagai berikut :
1. Proses
titrasi larutan asam atau basa dengan larutan standart menghasilkan garam dan
air.
2. Standarisasi larutan HCl dengan larutan Na2CO
menghasilkan 0,0823 M larutan HCl.
3. Penitrasian
asam terhadap basa (0,1 N HCl terhadap 0,1 N NaOH) menghasilkan 0,1031 M
larutan NaOH.
4. Penitrasian
basa terhadap asam (0,1 N NaOH terhadap 0,1 N HCl) menghasilkan 0,0748 M
larutan NaOH.
5. Tua
mudanya warna yang dihasilkan dalam percobaan dapat mempengaruhi nilai titrasi
teliti.
6. Titrasi
dapat menetralkan konsentrasi dari asam atau basa.
7. Faktor
ketelitian terhadap warna atau pada saat penetesan indikator yang berlebihan
terhadap larutan memegang peranan yang sangat penting.
8. Titrasi merupakan
suatu metode untuk mencari suatu konsentrasi yang belum diketahui pada
larutan.
DAFTAR PUSTAKA
Dicky. 2013. Titrasi asam basa
http;//dsikreatif.blogspot.com/2013/11/06/titrasi-asam-basa/
Diakses
pada tanggal 06 November 2013
Anshori. 1987. Penuntun
pelajaran Kimia. Ganesha Exact. Bandung.
Asikin, Z.
1982. Penuntun Pelajaran Kimia Jilid I.
Wijaya. Jakarta.
Gunawan, Adi.
1998. Tangkas Kimia. Kartika.
Surabaya.
Keenan, K.
W. 1989. Ilmu Kimia Untuk Universitas.
Erlangga. Jakarta.
Linggih, S. 1987. Ringkasan Kimia. Ganesha Exact. BandungFile Bisa Langsung Di Download DISINI
0 komentar:
Posting Komentar